Senin, 30 April 2012
Mencegah Agar Anak Tidak Mencoba Merokok
Meskipun terdapat peraturan batasan usia untuk membeli rokok, bukan berarti bisa menghindarkan anak-anak dari barang yang satu itu. Karena tak sedikit orang yang sudah mulai mencoba merokok sejak anak-anak.
Hampir sebagian besar perokok dewasa mengakui sudah memulainya sejak masih kecil. Umumnya anak-anak mulai merokok karena alasan tertentu seperti agar terlihat keren, agar tidak ditinggalkan oleh teman-temannya, merasa sudah dewasa serta bebas.
Namun orangtua harus segera menyikapinya dan menjaga anak-anak agar tidak pernah mencoba merokok. Seperti dikutip dari Health.MSN, Jumat (15/10/2010) diperlukan dasar komunikasi yang baik dengan anak untuk bisa mencegahnya agar tidak mencoba rokok.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua, yaitu:
Cobalah untuk mendiskusikan topik yang sensitif dengan cara tidak menakut-nakuti atau semacam penghakiman.
Tekankan pada anak-anak mengenai hal yang benar dan bukan mengenai yang salah, serta kepercayaan diri adalah perlindungan terbaik bagi anak agar terhindar dari tekanan teman sebayanya.
Mendorong anak untuk terlibat dalam aktivitas yang melarang untuk merokok.
Sangat penting untuk terus berbicara pada anak-anak tentang bahaya penggunaan rokok selama bertahun-tahun.
Tanyakan pada anak apa yang menarik dan tidak menarik tentang rokok, usahakan orangtua menjadi pendengar yang sabar.
Diskusikan dengan anak tentang cara anak menanggapi tekanan dari teman sebayanya. Mungkin akan sulit untuk mengatakan tidak, tapi cobalah memberikan respons alternatif seperti mengatakan bahwa merokok bisa membuat baju dan napasnya menjadi bau.
Mendorong anak untuk meninggalkan teman-temannya yang tidak menghormati alasannya.
Jelaskan pada anak bagaimana rokok bisa mengatur hidupnya, seperti bagaimana cara membeli rokok, dari mana anak-anak bisa mendapatkan uang dan hal lainnya.
Namun seringkali orangtua kecolongan dan menemukan anaknya sudah mulai merokok, misalnya dengan mencium bau asap dari pakaiannya. Hal pertama yang dilakukan oleh orangtua cobalah untuk tidak bereaksi berlebihan. Tanyakan padanya apakah ia bergaul dengan teman-teman yang merokok atau hanya mencobanya saja, karena banyak anak yang hanya mencoba sekali lalu meninggalkan rokok.
Tapi jika setelah itu muncul tanda-tanda seperti anak sering batuk, suara serak, bau mulut, rentan terkena pilek, sesak napas dan seringkali menemukan bau asap di pakaiannya, maka ada kemungkinan anak sudah mulai terbiasa untuk merokok.
Kondisi ini masih bisa terjadi karena terkadang pondasi yang baik antara orangtua dan anak tidak cukup untuk menghentikan anak bereksperimen dengan rokok. Karenanya diperlukan komunikasi yang intens dan lebih fokus. Berikut ini ada beberapa tips yang bisa membantu, yaitu:
Cobalah untuk meminta anak mengungkapkan apa yang membuatnya tertarik dengan rokok dan meminta anak untuk berbicara jujur.
Sebagian besar anak tidak bisa menghargai bahwa perilakunya saat ini dapat mempengaruhi kesehatan di masa depan. Untuk itu cobalah berbicara bahwa anak bisa membelikan suatu barang yang lebih berarti dengan uangnya dibandingkan membeli barang yang bisa membuatnya sesak napas, bau mulut dan gigi kuning.
Jika anak mengungkapkan bahwa ia bisa berhenti merokok kapanpun ia menginginkannya, maka mintalah anak untuk menghentikan konsumsi makanan favoritnya selama seminggu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mudah untuk berhenti merokok jika sudah kecanduan.
Cobalah untuk tidak mengomel, karena akan semakin sulit untuk membuat anak berhenti merokok.
Membantu anak untuk mengembangkan rencananya berhenti merokok serta tidak lupa memberinya pujian saat rencana tersebut berhasil.
Jika hal tersebut tidak membantu dan frekuensi anak merokok semakin sering, maka ajaklah ia bertemu dengan dokter untuk merencanakan terapi menghentikan kebiasaan merokoknya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar